28 November 2008

Ketika Syetan Membentangkan Sajadah

Siang menjelang dzuhur. Salah satu syetan ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum'at, saat berkumpulnya orang. Syetan sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. syetan menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.
Pada setiap orang, syetan juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. syetan juga menempel di setiap sajadah.
"Hai, Syetan!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu. syetan merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab syetan ketus.
"Ini rumah Allah, Syetan! Tempat yang suci. Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung. "Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu". "Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Syetan?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai."
"Bukan itu saja, Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah".
Dialog syetan dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati  jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", syetan memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".
syetan lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf.
Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan syetan sebelumnya. Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan

Hikmah yang bisa diambil
Gambaran seperti dialog di atas sudah mulai banyak terjadi di masyarakat kita. Saat sholat berjamaah tiba, ada jamaah yang membawa sajadah sendiri yang justru tidak menambah rapat shaf melainkan merenggangkan shaf.  Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian, tutuplah lobang-lobang shaf kalian dan janganlah kamu biarkan renggang shafmu karena akan ditempati syetan. Barangsiapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya. Dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya." (HR. Abu Dawud)
Sajadah awalnya memang berfungsi sebagai alas untuk sholat. Namun seiring dengan semakin berkembangnya industri sajadah yang pasti melahirkan kompetisi antara produsen sajadah, maka sajadah saat ini mulai bercorak ragam dan berbagai macam ukuran. Hingga bisa dilihat bahwa pemakaian sajadah sudah tidak lagi sesuai fungsinya semula. Fungsinya lebih kepada semangat individualisme, pamer, dan mengabaikan toleransi dalam berukhuwah. Meskipun juga ada yang tetap mengedepankan sajadah sesuai dengan fungsinya sebagai alas shalat saja.
 Sebagai contoh, bila seorang jamaah membentangkan sajadah, seolah-olah ingin mengatakan "ini wilayah sujudku!" Sehingga bila terdapat banyak jamaah yang memakai sajadah, bisa terlihat mereka bershaf rapi tetapi berdiri pada sajadahnya masing-masing. Dan dapat dipastikan, bukan merapat kaki-kakinya melainkan merapat sajadah-sajadahnya. Disinilah salah satu faktor ketidaksempurnaan shalat berjamaah.
Bila Anda memutuskan untuk membawa sajadah saat shalat berjamaah, pastikan bahwa sajadah yang Anda bawa tidak memutuskan shaf, dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial antar jamaah. Wallahu a'lam bishowab.

Technorati Tags: , , , , , , , , ,

12 November 2008

Saatnya untuk Ungkapkan Cinta

Sadarkah kita, bahwa waktu kita terlalu sering diisi dengan cerita cinta yang melulu berbau duniawi? Satu ketika berbicara tentang istri, anak dan keluarga, di kesempatan lain berbicara tentang peluang-peluang materil yang ingin diraih, salahkah? Berbicara benar-salah tanpa timbangan yang jelas, justru akan menguburkan hakikat kebenaran yang ingin diraih. Memang, keluarga merupakan tanggung jawab yang harus diperhatikan. Bekerja mencari nafkah juga adalah kewajiban. Namun sudahkah hak Allah swt terhadap cinta yang kita miliki terpenuhi?.

Limpahan karunia waktu dan kesehatan yang tak terbilang, membuat manusia lalai bahwa nikmat itu ada dan pada saat yang sama sedang dirasakan. Detik demi detik dibiarkan berlalu percuma, tanpa sedikit pun terpikir untuk membuatnya bernilai, nilailah yang membuat waktu benar-benar ada, bukankah hakikat waktu yang dimiliki oleh seorang muslim adalah ketika dia berada dalam sholat, puasa dan ibadah lainnya?, dia sangat sadar bahwa dunia hanyalah ladang menggapai akhirat (Mazra`atul Akhirat) dan bukan akhir kebermaknaan hidup, terjebak pada senda gurau yang si-sia apalagi maksiat, jelas adalah ketololan yang nyata.

Suatu hari sahabat Umar r.a mengungkapkan cintanya kepada Rosulullah saw, "Aku mencintaimu lebih dari segalanya, kecuali terhadap diriku sendiri !", Rosulullah saw balik menukas, "Bahkan terhadap dirimu sendiri!", segera Umar menyambut, "Bahkan terhadap diriku sendiri wahai Rosulullah !". kutuju pintuMu tuk memohon karuniaMu

Buka lah Ya....Allah RidhoMu

Apa yang dapat dipetik dari dialog singkat ini? Sesungguhnya, Rosulullah saw ingin mengajarkan kepada umatnya, betapa ananiyah (egoisme) terlalu sering membutakan mata hati kita sehingga abai terhadap kebenaran yang datang mengetuk. Tidak berhenti begitu saja, ananiyah membuat seseorang dapat dengan lihai merekayasa kebathilan tampak sebagai kebenaran, atas nama kesejahteraan duniawi dan sesaat, karenanya tidak ada solusi kecuali memangkas sifat tercela ini hingga keakar-akarnya, dengan menjadikan cinta kita kepada Allah swt dan RosulNya diatas segalanya.

Kecintaan pada Allah swt dan RosulNya akan memacu semangat seorang muslim untuk berbuat yang terbaik demi menggapai keridhoanNya, disisi lain ia berfungsi ganda sebagai kendali konkrit terhadap kemaksiatan, ia menjadi nafas bagi gerak, kerja dan tindakannya, dan menjadi warna bagi ritme hidupnya. Ibnu Qoyyim pernah bertutur dalam Al-Fawaid, "Seorang hamba tetap terputus hubungannya dengan Allah, hingga keinginan dan cintanya terhubung dengan wajahNya yang Maha Tinggi yaitu mengarahkan cinta kepadaNya dan hanya menyangkut DiriNya tanpa ada satupun penghalang".

Begitu banyak peluang bernilai pahala yang dapat diraih, kesempatan yang belum tentu datang kembali dalam kehidupan kita. Sebisa mungkin, mari senantiasa kita manfaatkan setiap peluang dan kesempatan yang ada, untuk melimpahkan rasa cinta dan sayang kita kepada Allah dan RasulNya dengan mematuhi segala perintah dan larangannya. Seperti yang dituturkan oleh ma`ally bin Fadhl, jika generasi awal islam berdoa selama 6 bulan untuk berjumpa Ramadhan, dan selama 6 bulan sesudahnya mereka berdoa agar amalannya pada bulan itu diterima. Karenanya ungkapkanlah cinta dengan perbuatan, jangan sekedar kata-kata ! Wallahu a`lam [Sabili]

02 November 2008

Sunnah-Sunnah yang Terabaikan Sebelum Berqurban


Dari Ummu Salamah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:
Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama bulan Dzulhijjah), salah seorang di antara kalian ingin berqurban, maka janganlah sedikit pun ia menyentuh (memotong) rambut (bulu)nya dan mengupas kulitnya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 25269, Al-Imam Muslim no. 1977, Al-Imam An-Nasa`i, 7 hal. 212, Al-Imam Abu Dawud 3/2793, Al-Imam At-Tirmidzi 3/1523, Al-Imam Ibnu Majah 2/3149, Al-Imam Ad-Darimi no. 1866.

Sunnah yang Terabaikan
Termasuk sunnah yang terabaikan bagi seorang yang telah memiliki hewan qurban yang akan ia sembelih adalah tidak ada pengetahuan tentang apa yang harus ia perbuat apabila telah masuk tanggal 1 hingga 10 Dzulhijjah (hari raya qurban tiba)! Tidak/belum sampainya suatu ilmu seringkali menjadi penyebab terabaikannya sekian banyak sunnah (kebaikan) baik berupa perintah atau larangan. Oleh sebab itu, sepantasnya bahkan wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun wanita untuk membekali kehidupan ini dengan ilmu agama yang benar, hingga tidak berujung penyesalan hidup di kemudian hari. Hadits yang tersebut di atas membimbing kita, terutama bagi seorang muslim yang telah mempersiapkan hewan qurban untuk disembelih pada hari raya qurban atau setelahnya pada hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah). Apabila telah masuk tanggal 1 Dzulhijjah, hendaknya ia menahan diri untuk tidak mencukur atau mencabut rambut/bulu apapun yang ada pada dirinya (baik rambut kepala, ketiak, tangan, kaki, dan yang lainnya). Demikian pula tidak boleh memotong kuku (tangan maupun kaki) serta tidak boleh mengupas kulit badannya (baik pada telapak tangan maupun kaki, ujung jari, tumit, atau yang lainnya). Larangan ini berlaku bagi yang memiliki hewan qurban dan akan berqurban, bukan bagi seluruh anggota keluarga seseorang yang akan berqurban. Larangan ini berakhir hingga seseorang telah menyembelih hewan qurbannya. Jika ia menyembelih pada hari yang kesepuluh Dzulhijjah (hari raya qurban), di hari itu boleh baginya mencukur rambut/memotong kuku. Jika ia menyembelih pada hari yang kesebelas, keduabelas, atau yang ketigabelas, maka di hari yang ia telah menyembelih hewan qurban itulah diperbolehkan baginya untuk mencukur rambut atau memotong kuku. Dalam sebuah riwayat yang terdapat dalam Shahih Muslim, ‘Amr bin Muslim pernah mendapati seseorang di kamar mandi sedang mencabuti bulu ketiaknya menggunakan kapur sebelum hari raya qurban. Sebagian mereka ada yang berkata: “Sesungguhnya Sa’id bin Musayyib tidak menyukai perkara ini.
Ketika ‘Amr bin Muslim bertemu dengan Sa’id bin Musayyib, ia pun menceritakannya. Sa’id pun berkata: “Wahai anak saudaraku, hadits ini telah dilupakan dan ditinggalkan. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan kepadaku, ia berkata: Nabi telah bersabda, seperti hadits di atas.?
Kalau manusia di zaman beliau demikian keadaannya, bagaimana dengan di zaman kita sekarang?! Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang menghidupkan Sunnah Nabi-Nya dan bukan menjadikan sebagai orang yang
memadamkan/mematikannya. Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi larangan dalam perkara ini. Ada yang memahami sesuai dengan apa yang nampak dari lafadz hadits tersebut, sehingga mereka berpendapat haram bagi seseorang untuk melakukannya (wajib untuk meninggalkannya). Di antara mereka adalah Sa’id bin Musayyib, Rabi’ah bin Abi Abdirrahman, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, dan sebagian dari pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i. Adapun Al-Imam Asy-Syafi’i dan pengikutnya berpendapat makruh (tidak dikerjakan lebih utama), bukan diharamkam. Dan yang berpendapat semisal ini adalah Al-Imam Malik dan sebagian pengikut Al-Imam Ahmad seperti Abu Ya’la dan yang lainnya. Pendapat lain dalam hal ini adalah mubah (tidak mengapa melakukannya). Pendapat ini dianut oleh Abu Hanifah dan pengikutnya.
Sebagian orang ada yang memahami bahwa larangan mencukur rambut/bulu, memotong kuku, dan mengupas/mengambil kulit, kata ganti dalam hadits di atas (-nya - bulunya, kukunya, kulitnya) kembali kepada hewan yang akan disembelih. Jika demikian, hadits di atas akan bermakna: “Apabila telah masuk 10 hari awal Dzulhijjah, dan salah seorang di antara kalian akan berqurban, maka janganlah ia mencukur bulu (hewan yang akan dia sembelih), memotong kuku (hewan qurban), dan jangan mengupas kulit (hewan qurban). Tentunya bukanlah demikian maknanya. Makna ini juga tidak selaras dengan hikmah yang terkandung di dalam hadits itu sendiri.

Hikmah yang Terkandung
Di samping sebagai salah satu bentuk ketaatan dan mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hikmah dari larangan tersebut adalah agar seseorang tetap utuh anggota badannya kala ia akan dibebaskan dari panasnya api neraka. Sebagian ada yang berpendapat, hikmahnya adalah agar seorang merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji atau diserupakan dengan seorang yang telah berihram, sehingga mereka juga dilarang dari mencukur rambut, memotong kuku, mengupas kulit, dan sebagainya.
Namun pendapat terakhir ini ada yang tidak menyetujuinya, dengan alasan, bagaimana diserupakan dengan seorang yang menunaikan haji, sementara ia (orang yang akan berqurban) tidak dilarang dari menggauli istrinya, memakai wewangian, mengenakan pakaian dan yang lainnya. (lihat ‘Aunul Ma’bud 5/224-226, cet. Darul Hadits, Syarh An-Nawawi 7/152-155, cet. Darul Hadits). Wallahu ta’ala a’lam.

LOWONGAN CPNS (Calon Penghuni Neraka dan Surga)


Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima! Lowongan disediakan untuk 2 posisi yaitu: A. Penghuni Syurga B. Penghuni Neraka

FASILITAS DAN KOMPENSASI UNTUK POSISI A
Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa: 1. Nikmat kubur. 2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar. 3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.
Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, "Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia" (HR Muslim). Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’ Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

FASILITAS DAN KOMPENSASI UNTUK POSISI B
Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini, ia akan merasa lega. Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh pelamar yang diterima akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda,
"Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan." (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda,
“Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” (HR Muslim)
Rasulullah saw bersabda,
“Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal)

Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.
Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :
1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.

SYARAT-SYARAT PELAMAR
Syarat-syarat pelamar antara lain: Tidak diperlukan ijazah, Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok. Tidak perlu bawa harta. Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi. Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.

WAWANCARA:
Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu." (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal)
Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu. Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu. Adapun lokasi dan lama wawancara sebagai berikut. Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabannya). Pewawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir. Pewawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian. Wawancara hanya berisi 6 pertanyaan: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu ? Siapa nabimu? Apa kitabmu? Dimana kiblatmu ? Siapa saudaramu? Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena hanya keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.

CARA MELAMAR:
Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).

BENARKAH LOWONGAN INI ?
Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat. Rasulullah saw bersabda : “
Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan.” (HR Tirmidzi & Al-Bukhari)
Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat. Mau melamar ke posisi B, mudah saja. Hiduplah sesuka Anda!

dikutip dari www.kebunhikmah.com

Pariwara